AMSTERDAM – Federasi Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dilaporkan telah mendekati pelatih asal Belanda, John Heitinga, untuk mengisi kursi pelatih Tim Nasional Indonesia. Namun, menurut laporan media Belanda Soccernews.nl, mantan pelatih Ajax Amsterdam tersebut menolak tawaran untuk memimpin skuad Garuda saat ini. Penolakan ini menandai kelanjutan pencarian PSSI terhadap figur pelatih baru yang akan menakhodai Timnas Indonesia.
Nama John Heitinga, yang berusia 42 tahun, muncul sebagai kandidat baru setelah ia tidak lagi menangani Ajax sejak 6 November. PSSI disebut-sebut mempertimbangkan Heitinga sebagai calon pengganti Patrick Kluivert yang sebelumnya dikaitkan dengan posisi tersebut. “Menurut berbagai sumber, PSSI baru-baru ini mengontak Heitinga untuk mengetahui apakah dia tertarik untuk melatih tim nasional mereka,” demikian kutipan dari laporan Soccernews.nl.
Isu mengenai ketertarikan PSSI terhadap John Heitinga menguat pada pekan lalu. Hal ini terjadi setelah Heitinga kedapatan mengikuti akun Instagram resmi Timnas Indonesia, Ketua Umum PSSI Erick Thohir, dan penasihat timnas Jordi Cruyff. Pergerakan di media sosial ini seringkali diinterpretasikan sebagai isyarat awal dari proses pendekatan atau negosiasi di dunia sepak bola.
Namun, harapan para penggemar sepak bola Indonesia yang sempat tumbuh dari isyarat tersebut kini harus tertahan. Laporan Soccernews.nl secara tegas menyatakan, “Heitinga menolak tawaran itu, tetapi tetap membuka pintu untuk kemungkinan tersebut di masa depan.” Penolakan ini mengindikasikan bahwa Heitinga mungkin memiliki rencana atau komitmen lain yang membuatnya belum bisa menerima tawaran PSSI saat ini, meskipun peluang di masa depan tetap terbuka.
Selain John Heitinga, PSSI juga disebut-sebut melirik beberapa nama pelatih lainnya. Beberapa kandidat yang dikaitkan dengan posisi pelatih Timnas Indonesia antara lain asisten pelatih Liverpool, Giovanni van Bronckhorst, dan mantan pelatih tim nasional Kanada, John Herdman. PSSI tampaknya sedang melakukan penjaringan ketat untuk menemukan sosok yang paling tepat memimpin Timnas Indonesia.
John Heitinga sendiri memiliki latar belakang yang cukup menarik dan secara historis dekat dengan Indonesia. Selain kewarganegaraannya sebagai Belanda, Heitinga diketahui memiliki darah Indonesia dari kakeknya yang berasal dari Maluku. Ia juga pernah menyebutkan bahwa ayahnya lahir di Jakarta. Kedekatan emosional dan historis ini seringkali menjadi pertimbangan penting dalam memilih pelatih, terutama untuk tim nasional.
Karier kepelatihan John Heitinga tergolong masih relatif singkat namun telah diwarnai dengan pengalaman di klub-klub besar Eropa. Ia memulai perjalanannya dengan menangani tim muda Ajax Amsterdam pada periode 2021 hingga 2023. Di sana, ia mengasah kemampuannya dalam mengembangkan bakat-bakat muda dan memahami filosofi sepak bola total yang menjadi ciri khas Ajax.
Pada awal tahun 2023, Heitinga dipromosikan menjadi pelatih sementara (caretaker manager) tim utama Ajax selama enam bulan. Pengalaman ini memberinya kesempatan untuk mengelola tim senior di kompetisi tingkat tinggi, baik domestik maupun Eropa.
Setelah periode di Ajax, Heitinga melanjutkan kariernya di Liga Primer Inggris. Pada musim 2023/2024, ia bergabung dengan staf pelatih West Ham United, bekerja di bawah manajer David Moyes. Ini memberinya pengalaman baru dalam lingkungan salah satu liga paling kompetitif di dunia.
Puncak karier asisten kepelatihannya terjadi pada musim 2024/2025. Ketika Arne Slot pindah ke Liverpool, John Heitinga ikut bergabung sebagai asisten pelatih dan menjadi bagian dari staf yang berhasil meraih gelar Premier League. Prestasi ini tentu menambah kredibilitas dan pengalaman berharga dalam CV-nya.
Namun, kariernya kembali ke Ajax sebagai pelatih kepala pada musim 2025–2026 tidak berjalan mulus. Hasil buruk di Liga Belanda dan Liga Champions menyebabkan ia dicopot dari jabatannya hanya setelah lima bulan menukangi tim kebanggaan ibu kota Belanda tersebut. Fluktuasi ini menunjukkan dinamika tinggi dalam dunia kepelatihan profesional.
Penolakan John Heitinga saat ini berarti PSSI harus melanjutkan upaya pencarian pelatih untuk Timnas Indonesia. Namun, pernyataan bahwa Heitinga “tetap membuka pintu untuk kemungkinan tersebut di masa depan” memberikan secercah harapan. Ini mengindikasikan bahwa ia mungkin akan mempertimbangkan tawaran serupa di kemudian hari, ketika kondisi dan waktu dirasa lebih tepat baginya.
PSSI kini dihadapkan pada tugas penting untuk memilih pelatih yang tidak hanya memiliki rekam jejak yang solid, tetapi juga mampu membawa Timnas Indonesia berprestasi di kancah regional maupun internasional. Proses seleksi yang transparan dan berbasis kriteria yang jelas menjadi kunci untuk mendapatkan sosok yang tepat. Pembaca dapat terus mengikuti perkembangan berita ini dan nama-nama kandidat lainnya di Berisikabar.com.